Selasa, 31 Maret 2009

TELL THE STORY

Beberapa waktu lalu saya mendengar pengajaran yang disampaikan oleh Floyd McClung mengenai strategi Church Planting dan memenangkan jiwa. Ada yang menarik yang beliau sampaikan, modal yang seharusnya dimiliki gereja Tuhan adalah Tell the story of God by telling our story with God
Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah apakah kita memiliki cerita mengenai perjumpaan, hubungan dan dampak kehadiran Yesus dalam diri kita? Tidak salah dengan semua pengetahuan Teologia kita, tetapi yang dunia butuhkan adalah realita mengenai Tuhan yang masih hidup dan beraktifitas sampai dengan hari ini. 
Jika kita belajar dari perempuan Samaria yang menjadi saksi bagi penduduk kota Sikhar di daerah Samaria, maka berita yang disampaikannya adalah pengalaman perjumpaannya dengan Yesus. Inilah yang membuat penduduk kota Sikhar membuka hati bagi Yesus. Jangan hanya mengejar pengetahuan mengenai Tuhan, tetapi imbangi dengan pengalaman yang hidup bersama dengan Tuhan kita. Floyd mengatakan bahwa cerita (kisah) kita bersama dengan Tuhan akan menjadi benih yang ditabur di hati orang yang belum mengenal Tuhan. 

Senin, 30 Maret 2009

CHECKUP RUTIN

Betapa pentingnya kita menyediakan waktu untuk berhenti sejenak dari rutinitas dan kesibukan pelayanan kita untuk melakukan General Check Up. Ini adalah salah satu bentuk kita mengasah mata kapak kehidupan kita. Disaat inilah ada beberapa hal yang kita perlu evaluasi: 
a. Motivasi.
Apakah motivasi saya masih benar di hadapan Tuhan? Ataukah sudah mulai terjadi pergeseran motivasi dengan apa yang saya lakukan? Masihkah kemurnian motivasi ada dalam semua yang saya lakukan? 
b. Prioritas.
Bukankah Prioritas akan menentukan Efektifitas dalam pelayanan kita. Seringkali dengan berlalunya waktu dan kesibukan, maka prioritas kita mengalami pergeseran. Tuhan, Keluarga dan pelayanan (karier) harusnya menjadi urutan prioritas yang utama dalam kehidupan kita.
c. Ketajaman.
Bertanyalah dan perhatikan dengan seksama, apakah masih ada "ketajaman" dalam pelayanan saya? Ataukah sudah mulai tumpul?
Jangan izinkan kesibukan dan rutinitas membuat kehidupan kita menjadi tumpul. Sediakanlah waktu secara rutin untuk berhenti sejenak untuk memastikan kita masih berada dalam trackNya Tuhan. 

Selasa, 24 Maret 2009

MASIHKAH KITA MENDENGAR?

Seorang yang tuli sejak lahir, maka orang tersebut bisu. Kemampuan kita berbicara ditentukan dari kemampuan kita mendengar. 
Yes 50:4
Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.
Terjemahan the Message:
So I know how to encourage tired people.
Terjemahan FAYH:
Tuhan ALLAH telah mengajar aku dan memberikan kepadaku lidah seorang murid untuk berkata-kata dengan hikmat, sehingga aku mengetahui apa yang harus kukatakan kepada orang-orang yang letih lesu.
Ketajaman kita dalam berbicara sangat ditentukan oleh kemampuan kita mendengar apa yang Tuhan katakan kepada kita. Ingatlah selalu bahwa kita bukanlah sumber, tetapi hanya saluranNya. Semakin kita banyak mendengar dan menerima dari Tuhan, maka semakin banyak yang kita dapat sampaikan kepada orang lain.
Setiap hari kita berjumpa dengan orang yang letih lesu, kemampuan kita menjadi jawaban bagi mereka terletak pada kemampuan kita mendengar dari Tuhan. Yang membuat mereka bangkit adalah bukan disaat mereka mendengar berita yang berasal dari diri kita, tetapi perkataan yang berasal dari hati Tuhan. 
Masihkah kita mendengar suaraNya? Kapan terakhir kita mendengar Dia berbicara kepada kita? Ketajaman berita-berita kita, sangat ditentukan dari kemampuan kita mendengar dari Dia. Dunia sebenarnya tidak membutuhkan berita-berita yang basi, mereka membutuhkan berita terkini dari hati Tuhan. Sediakanlah waktu untuk datang padaNya setiap hari, sedikitlah berkata-kata dan banyaklah mendengar. Bukankah apa yang Dia katakan jauh lebih penting dari apa yang kita katakan? Sadarlah, orang-orang yang letih lesu dan berbeban berat sedang menantikan kita. Mereka membutuhkan seseorang yang telinganya mendengar apa yang Tuhan sedang katakan. 


ASAHLAH MATA KAMPAKMU

Pernahkah terpikir sebagai seorang hamba Tuhan seharusnya yang menjadi modal kita bukan hanya kesetiaan? Mengapa? Karena hari-hari ini banyak dari kita yang masih tetap setia dalam mengerjakan pelayanan, tetapi sangat disayangkan sebenarnya kita sudah tumpul. Dengan berlalunya waktu (tanpa disadari) sebenarnya kehidupan kita seperti mata pisau yang sudah tumpul. Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang sedang mengalami frustasi karena begitu sedikitnya dampak dari pelayanan kepada jiwa-jiwa yang mereka layani. Betapa frustasinya kita, disaat kita sudah mengerjakan semuanya, tetapi jiwa-jiwa yang kita layani tidak mengalami perubahan yang signifikan. 
Pkh 10:10
Jika besi menjadi tumpul dan tidak diasah, maka orang harus memperbesar tenaga, tetapi yang terpenting untuk berhasil adalah hikmat.
Dalam Terjemahan Lama  diterjemahkan dengan kalimat: "Jikalau besi sudah tumpul, tiada lagi tajamnya, baiklah diasah akan dia, maka besarlah kuasanya kelak..."
Sebagai senjata kebenaran ditangan Allah, apakah kita masih memiliki ketajaman? 
Janganlah kita seperti  seorang tukang kayu yang setiap harinya mencari nafkah dengan memotong kayu di hutan untuk dijual sebagai kayu bakar sebagai mata pencariannya. Karena kesibukannya, sampai-sampai ia tidak memiliki waktu untuk mengasah mata kampaknya. Betapa bodohnya! Karena jika ia mau untuk menyediakan waktu mengasah mata kapaknya, maka ini berdampak pada keefektifitasan kerjanya. Betapa sangat diringankan, karena ia tidak perlu mengeluaran tenaga yang banyak untuk menebang sebuah pohon.
Sebuah pertanyaan yang perlu kita ajukan pada diri kita adalah masihkah kita memiliki ketajaman? Sudahkan kita menyediakan waktu secara rutin untuk mempertajam mata kapak kehidupan kita? Janganlah hanya bermodalkan kesetiaan saja, tetapi kejarlah juga ketajaman. Tuhan menginginkan hamba-hambaNya memiliki ketajaman. Selamat mempertajam mata kapak kita....


Kamis, 19 Maret 2009

SUKSES DIMATA SIAPA?

Sukses adalah kata yang dirindukan oleh semua orang. Pertanyaannya adalah apa sebenarnya yang dimaksud dengan kesuksesan? Apa yang menjadi tolak ukur dari kesuksesan seseorang? Apakah dengan berlimpahnya harta? Apakah dengan posisi (kedudukan) yang tinggi?
Kamus Oxford menterjemahkan kata Success:
1. Pemenuhan dari suatu tujuan atau maksud.
2. Pencapaian ketenaran, kekayaan, atau status sosial.

Sukses adalah identik dengan ukuran atau pencapaian. Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah apakah ukuran kesuksesan seseorang yang diluar Tuhan dan didalam Tuhan itu sama? Betapa menyedihkannya jika kita mengukur kesuksesan dimata Tuhan dan dimata dunia itu sama. Kesuksesan seseorang dimata Tuhan adalah disaat orang tersebut menggenapi atau memenuhi apa yang menjadi destiny yang Tuhan telah tetapkan bagi dia. 

Daud adalah contoh seorang yang sukses dimata Tuhan. Mengapa? Dalam Kis 13:36

"Sebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, ...." Dalam terjemahan BIS diterjemahkan dengan kalimat:

"Daud sudah mati dan dikuburkan juga bersama-sama dengan nenek moyangnya, sesudah ia melakukan apa yang Allah suruh ia lakukan..."
Seseorang yang sukses dimata dunia belum tentu sukses dimata Tuhan. Karena keduanya sangat berbeda. Pertanyaanya adalah apakah kita merindukan sebuah kesuksesan di mata Tuhan? 

Ef 5:17 memberikan langkah untuk kita dapat mencapai kesuksesan dimata Tuhan,

"Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan"
Ada dua hal yang kita patut perhatikan disaat membaca ayat diatas:

a. Usahakan untuk kita mengerti kehendak Tuhan.
Apa usaha kita untuk mengerti? Apakah kita sudah mendoakan dan mencari tahu akan hal ini? Apa usaha kita selama ini? Karena Tuhan ingin kita berusaha untuk mencari tahu. Adalah bagian kita untuk mencari tahu dengan segenap hati dan bagian Tuhan yang akan menyatakannya kepada kita.

b. Setelah kita mengetahui, maka apakah kita akan berjuang untuk mencapainya?

Yesus adalah teladan sebuah kesuksesan di mata Tuhan, karena ia mengetahui apa yang menjadi kehedak Bapa bagiNya dan Ia hidup di dalamnya dan menyelesaikan sampai tuntas. 

Yohanes 4:34

Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Yohanes 17:4

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
Tidak peduli jika seluruh dunia menyebut kita sebagai orang yang berhasil, tetapi jika kita tidak mengetahui apa yang menjadi kehedakNya dan menyelesaikannya, maka sebenarnya kita adalah adalah orang yang BODOH dan GAGAL. Biarlah hati yang rindu untuk mengerti kehendakNya bagi kehidupan kita pribadi ada dalam hati kita... 

SAKSI DAN PENGALAMAN

Tuhan memanggil kita sebagai SAKSI bagiNya (Kis 1:8). Masalahnya adalah sudah terjadi pergeseran dari menjadi seorang SAKSI menjadi PEMBERITA. Tidak ada yang salah dengan menjadi Pemberita Kebenaran, tetapi disaat pergi kepada dunia, kita tidak hanya bermodalkan pengetahuan saja.
Kata SAKSI dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah seseorang yang melihat atau mengetahui sendiri suatu peristiwa (kejadian). Menjadi Saksi identik dengan pengalaman pribadi dan bukan sekedar pengetahuan mengenai Tuhan. Miskinnya kita mengalami Tuhan secara pribadi membuat kita mengalami kesulitan dalam bersaksi. Passion yang mulai melemah dalam diri gereja Tuhan saat ini dalam hal bersaksi kepada dunia, salah satu penyebabnya adalah karena kita kurang mengalami Kristus secara pribadi.
Bagaimana kita dapat menjadi saksi? Hiduplah dalam ketaatan terhadap Firman, maka kita akan memiliki pengalaman. Pengalaman pribadi inilah yang menjadi modal untuk kita bisa bersaksi. Amanat agung dalam Mat 28:19-20 sudah sangat jelas bahwa kita diperintahkan: "Ajarlah mereka untuk melakukan.." Tuhan tidak berkata bahwa ajarlah murid-murid kita untuk sekedar tahu. Karena disaat kita melakukan kebenaran, maka kita akan memiliki pengalaman yang menjadi modal kita bersaksi. Selamat melakukan kebenaran... 

Rabu, 18 Maret 2009

GIAT YANG SIA-SIA

Rom 10:1-3
1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.
2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
3 Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah.

Dalam Alkitab terjemahan BIS diterjemahkan dengan kalimat: mereka bersemangat sekali mengabdi kepada Allah. Tetapi semangat mereka itu tidak berdasarkan pengetahuan yang dari Allah.

Jika merenungkan ayat diatas dengan sungguh-sungguh, bukankah ayat ini menjadi wajah gereja Tuhan hari-hari ini? Orang berlomba-lomba untuk giat dalam pekerjaan Tuhan dan menghadiri kegiatan-kegiatan Gereja. 

Bukankan ini adalah hasil dari pengajaran yang diajarkan di mimbar-mimbar mengenai kita harus GIAT dalam pekerjaan Tuhan (pelayanan). Sayangnya kebenaran dalam 1Kor 15:58 barulah sebagian kecil dari kebenaran Firman Tuhan. 
Selama ini umat Tuhan diajar bahwa ukuran pertumbuhan orang percaya adalah keaktifan atau kerajinan mereka dalam acara-acara gereja, maka tidak mengherankan tola ukur ini jika sudah berhasil dicapai akan membuat orang percaya menjadi puas diri, merasa baik, rohani dan bertumbuh dalam Tuhan. SALAH BERITA, MAKA SALAH INFLUENCE. Benarkah demikian?  
Ams 19:2 
2 Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. 

Selama ini kita terlalu menekankan mengenai pentingnya kerajinan, tetapi ternyata kerajinan (sungguh-sungguh giat) jika tidak disertai dengan pengetahuan, maka itu tidak baik. 
Mengapa tidak baik? Semua kerajinan dan jerih payah kita jika tidak disertai dengan pengetahuan, maka dapat membuat kita mengalami kegagalan (kesia-siaan).
Belajarlah kepada raja Daud ketika hendak membawa Tabut Perjanjian itu ke Yerusalem (1Taw 13:7-11). Hati Daud adalah hati yang benar, tetapi sekali lagi kita belajar bahwa semua kerajinan kita jika tidak disertai dengan pengetahuan yang benar, maka sia-sia. 

Bagi saudara yang sedang dimuridkan, marilah kita belajar kebenaran demi kebenaran dalam FirmanNya, supaya semua kerajinan kita menjadi efektif dan membuahkan hasil yang maksimal. 
Pesan saya bagi yang sedang memuridkan, janganlah kita hanya menekankan pentingnya kerajinan dalam Tuhan, tetapi muridkan jiwa-jiwa dalam pengenalan akan kebenaran. Biarlah mereka tumbuh bukan dalam hal kerajinan saja, tetapi bertumbuh dalam pengenalan akan Kebenaran. Biarlah jerih payah mereka tidak sia-sia. 

Senin, 16 Maret 2009

ARE YOU BURN OUT?

Berdasarkan salah satu survey yang diadakan di AS, Burn Out adalah menjadi peringkat pertama seorang meninggalkan pelayanan. Suatu kali Bill Wilson berkata bahwa di AS dalam 1 bulan ada 1.000 hamba Tuhan Full Time yang berhenti dari pelayanan. 
Kamus Webster menterjemahkan BURN OUT:
Kelelahan phisik atau motivasi atau kekuatan emosional [yang] pada umumnya sebagai hasil frustrasi atau tekanan berkepanjangan. 
Salah satu yang menjadi penyebab seseorang mengalami burn out dalam pelayanan adalah karena telah terjadi pergeseran (yang seringkali tidak disadari) dari menjadi salurannya Tuhan berubah menjadi sumber. Mungkin kita tidak menyadari akan kondisi ini. Sebenarnya Tuhan memanggil kita untuk menjadi saluranNya dan Dia yang menjadi sumbernya. Sumber pengurapan, kuasa, inspirasi, pewahyuan, hikmat dan hal-hal yang lain.
Seringakali disadari atau tidak kita mencoba "menjadi Tuhan". Adalah benar kita harus memiliki rasa tanggung jawab dalam pelayanan, tetapi hal ini tidak membuat kita mencoba menjadi Tuhan. Just relax... Kita dipanggil menjadi kawan sekerja Allah. Tuhan meminta kita melakukan apa yang sebenarnya ringan dan bisa kita lakukan, Dia mengetahui bahwa ada bagian-bagian yang tidak mungkin kita lakukan dengan kekuatan kita. Hal-hal itu Dialah yang melakukannya. Tuhan meminta untuk Musa mengangkat tongkatnya dan Tuhan mengerjakan bagiannya dengan mengirimkan angin untuk membelah dan mengeringkan laut. 
Yesus berkata bahwa kuk yang dipasangkan dalam hidup kita itu enak... Evaluasilah kehidupan pelayanan kita selama ini. Apakah mulai terjadinya gejala-gejala BURN OUT? Jangan sampai kita terjebak dengan menjadikan diri kita sebagai SUMBER. Bagian kita hanyalah mengikuti pimpinanNya dan mengerjakan apa yang Dia minta untuk kita lakukan... Jangan tergoda mengendalikan HASIL, setialah pada PROSES yang menjadi tanggung jawab kita. Bukankah Dia yang memberi pertumbuhan?  Jangan tergoda untuk mengendalikan pertumbuhan, itu adalah bagian Tuhan. Setialah dan lakukan yang terbaik saat menanam dan menyiram. 

Kamis, 12 Maret 2009

SEDANG SENDIRIAN

Yesus telah memberikan teladan yang luar biasa ditengah kesibukan pelayananNya, Ia tetap menyediakan waktu untuk menyendiri hanya bersama-sama dengan BapaNya. Bahkan Ia menjadikan hal ini sebagai prioritasNya. Bahkan inilah yang menjadi rahasia keberhasilan pelayananNya sebagai manusia saat berada di dunia. Orang-orang besar dalam Alkitab yang mengalami hal yang luar biasa saat mereka sedang sendirian dengan Allah adalah:
a. Elia mengalami pemulihan saat ia sedang sendirian bersama dengan Allah.
b. Yakub sedang sendirian dengan Allah saat dia menjadi seorang pemenang.
c. Yosua sedang sendirian saat Tuhan datang kepadanya.
d. Gideon sedang sendirian saat ditugaskan untuk menyelamatkan Israel.
e. Musa sedang sendirian saat dia melihat semak yang terbakar.
f. Kornelius sedang sendirian berdoa  saat Malaikat Allah menjumpainya.
g. Petrus sedang sendirian saat dia mendapat perintah untuk menjangkau orang-orang non Yahudi.
h. Yohanes Pembapits sedang sendirian di padang gurun saat menerima Firman Tuhan.
i. Yohanes sedang sendirian di pulau Patmos saat menerima Wahyu yang luar biasa.
Sangat disayangkan seringkali kita terlalu sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk bersekutu dengan Bapa dalam kesendirian. Dia adalah Tuhan yang sangat merindukan memiliki hubungan yang sangat pribadi dengan umatNya. Saat kita sedang sendirian, maka Roh Kudus akan mulai menyatakan banyak hal kepada kita secara pribadi. Ada waktunya kita beribadah Tuhan bersama dengan tubuh Kristus lainnya, tetapi ada waktunya juga kita membangun hubungan yang sangat pribadi denganNya. Kapan terakhir kita hanya sendirian bersama Allah? 

MENYEBERANGI SUNGAI YORDAN

Selama ini setiap kali membaca kisah Yosua dan bangsa Israel menyeberangi sungai Yordan, maka yang ada dalam benak saya adalah ini bukanlah mujizat yang luar biasa. Apa susahnya menyeberangi sebuah sungai? Apa susahnya bagi Tuhan membelah sungai Yordan jika dibandingkan saat Ia membelah Laut Merah. Pemikiran ini berubah saat saya membaca buku Grace Land (Negeri Kasih Karunia)  tulisan dari Steve McVey. Dia menuliskan sesuatu yang membuka mata saya mengenai keadaan Geografis sungai Yordan. Inilah cuplikan dari tulisannya:
Antara tempat di mana bangsa Israel berdiri di padang belantara dengan tanah perjanjian mengalir sungai Yordan. Menempuh jarak 100 km dari ujung selatan Laut Galilea ke ujung utara Laut Mati, sungai itu biasanya kira-kira 3 km lebarnya. Ketinggian sungai menurun dari sekitar 21.000 meter dibawah permukaan danau Galilea menjadi hampir 39.000 meter dibawah permukaan laut di tempat ia berakhir di laut Mati. Kata Yordan berarti "yang menurun". Masalah terbesar yang akan dihadapi bangsa Israel saat berjalan menyeberangi sungai itu adalah arus deras yang disebabkan oleh bentuk geografis lembah yang menurun. Di beberapa tempat air sungai Yordan mengalir deras menuruni bukit. Sebenarnya, ada 27 rangkaian arus deras di sepanjang rutenya menuju ke Laut Mati. 
Ketika tiba saatnya bagi bangsa Israel untuk menyeberang, bangsa itu telah melewatkan 3 hari berkemah di tepiannya, mengawasi arus yang deras itu. Mereka tahu kekuatan arus sungai dalam kondisi normal saja sudah sulit untuk diseberangi, tetapi kondisi pada saat itu tidaklah normal. Saat itu adalah musim panen dan "sungai Yordan itu sebak sampai meluap sepanjang tepinya selama musim menuai" (Yos 3:15). Allah tidak memilih agar bangsa itu menyeberangi sungai Yordan memasuki Kanaan saat keadaan sulit. Ia menunggu sampai MUSTAHIL bagi mereka untuk melakukannya sendiri
Situasi yang mustahil - itulah yang Allah ciptakan bagi mereka yang mengikutiNya. Hanya saat seorang percaya telah kehilangan keyakinannya pada kemampuannya sendiri untuk mencari jalan barulah ia akan memasuki Negeri Kasih Karunia. Allah tidak hanya mengizinkan kita untuk menghadapi situasi yang mustahil, Ia sering merencanakan situasi-situasi seperti itu untuk mengakhiri kemandirian kita

Selasa, 10 Maret 2009

EKONOMI SUSAH, WARGA AS MAKIN TINGGALKAN AGAMA

Harian Jawa Pos edisi tanggal 10 Feb memuat sebuah berita yang menarik:

Ekonomi Susah, Warga Amerika Makin Tinggalkan Agama 

NEW YORK - Semakin banyak saja hal yang tak patut dicontoh dari Amerika. Datangnya zaman susah tidak malah membuat penduduk negeri berjuluk Paman Sam itu mendekatkan diri pada Tuhan. 
Survei terakhir yang diadakan American Religious Identification yang diumumkan kemarin (9/3) menunjukkan, semakin banyak warga AS yang meninggalkan agama dan menjadi pengikut kelompok ateis, agnostis (percaya Tuhan, namun tak beribadah menurut satu agama mana pun), sekuler, dan orang-orang yang menyatakan diri tak terikat pada satu agama mana pun meski menganggapnya penting.
Riset tahunan yang diadakan badan pemerintah urusan agama itu menemukan 15 persen responden di seluruh negara bagian menyatakan bahwa mereka kini tidak beragama. Persentase tersebut meningkat 1,5 persen daripada hasil survei yang sama pada 2001 dan dua kali lipat daripada hasil survei 1990.
Dari persebarannya, negara-negara bagian di wilayah New England (meliputi negara-negara di pantai timur mulai New York sampai Chicago) adalah tempat penganut kelompok non-agama dengan persentase sampai 34 persen. "Namun, dari keseluruhan pengamatan, kelompok ateis meningkat di semua negara bagian," ujar pernyataan penyelenggara survei yang dilakukan terhadap 54.461 warga dewasa di 50 negara bagian itu. Survei tersebut berlangsung mulai November tahun lalu hingga Februari 2009 dengan margin kesalahan 0,5 persen.
Sebagai agama terbesar yang dipeluk warga AS, Kristen mengalami penurunan pengikut terbesar. Sebelumnya, hampir 8 di antara 10 orang Amerika adalah pemeluk Kristen (Katolik, Protestan, Mormon, Ortodoks, dan lain-lain). "Angka warga Amerika yang melaporkan diri sebagai penganut Kristen tinggal sekitar 51 persen," lanjut bunyi hasil survei itu. 
Kristen bukan satu-satunya agama yang makin kehilangan tempat di Amerika Serikat. Tren penurunan pemeluk juga dialami agama-agama lain, seperti Yahudi yang diyakini oleh 1,7 persen warga AS, Buddha 0,7 persen, dan Islam 0,6 persen. Peningkatan hanya terjadi pada gerakan kepercayaan yang tidak meyakini Tuhan sebagai satu-satunya kekuasaan tertinggi (monoteisme), seperti Scientology, Wicca, dan Santeria. Penganut gerakan kepercayaan baru tersebut meningkat 1,2 persen. (AP/kim)

Berita ini mematahkan apa yang selama ini kita yakini, bahwa masa krisis akan membuat orang mengingat dan lari kepada agama. Mengapa ini terjadi? Dunia sudah muak dengan agama! Yang mereka butuhkan bukanlah cerita tentang aktifitas Tuhan di masa lalu. Mereka tidak membutuhkan cerita tentang Petrus berjalan diatas air, bukan juga mengenai Yesus meneduhkan badai. Mereka membutuhkan kepastian bahwa Yesus masih hidup sampai hari ini dan masih beraktifitas sampai dengan saat ini. 

Ini adalah KAIROS yang Tuhan berikan untuk Gereja Tuhan tampil menjadi jawaban. Hati Tuhan saat ini sebenarnya begitu rindu untuk dapat menyatakan diriNya. Sayangnya kita sebagai rekan sekerja Allah, kita sebagai tubuhNya tidak dapat bekerja sama dengan baik. Dia sebagai kepala sebenarnya rindu untuk dapat melakukan banyak hal ditengah-tengah dunia. 

Pertanyaannya adalah siapkah kita bekerja sama dengan Tuhan? Ini waktunya untuk melakukan pembenahan dalam segala area dalam kehidupan kita. Pentingnya menyelaraskan hati kita dengan hatiNya, pikiran kita dengan pikiranNya, rencana kita dengan rencanaNya. Ini bukanlah waktu untuk melakukan apa yang kita pandang baik saja, kita membutuhkan arahan, pimpinan dan strategiNya. Mulailah tingkatkan keintiman kita dengan Tuhan (ini bukan bicara mengenai ritual dan disiplin rohani saja). Masukilah hubungan yang lebih dalam lagi denganNya. Kita akan melihat dan menyadari sebenarnya Tuhan sudah terlalu lama menunggu untuk dapat bekerja sama dengan gerejaNya. 

Jumat, 06 Maret 2009

BELAJAR TANPA HENTI

Sebagian besar manusia tidak mendisplin dirinya untuk tetap belajar tanpa henti.

Sebagaian besar manusia berhenti belajar setelah merasa dewasa. (Andrias Harefa)


Tidak belajar 1 hari berarti mundur 1 hari. (Jakob Sumardjo)

KASIH SEPERTI KRISTUS

Berikut ini adalah sebuah catatan yang ditulis oleh seorang hamba Tuhan yang saya hormati yang dimuat di Facebook. Saat membacanya, saya sangat diberkati. Simaklah penuturannya yang disertai dengan kerendahan hati dan kejujuran. Sungguh langka menemukan seorang Leader di zaman sekarang yang memiliki kejujuran seperti ini. Selamat menyimak...
Kasih Persaudaraan menjadi inti dari persekutuan, seperti yang diperintahkan oleh Tuhan kepada 12 orang murid-Nya. Agar mereka tetap tinggal di dalam-Nya. Agar mereka tetap melekat sebagai carang dengan pokok anggur. Agar mereka pergi, berbuah, dan buahnya tetap. Agar apa yang mereka minta kepada Bapa dalam nama Yesus akan dikabulkan. Asal mereka menaati perintah-Nya yang diulang berkali-kali. "Supaya kamu saling mengasihi", "Kasihilah seorang terhadap yang lain." (Yohanes 15).

Saat itu Tuhan tidak sedang berbicara dengan khalayak ramai, namun di dalam ruang makan malam itu, hanya ada 13 orang. Saya keliru mengerti pemahaman ini cukup lama.

Dulu, saya tafsirkan bahwa saya perlu mengasihi seluruh dunia, dengan kualitas seperti Yesus mengasihi saya. Padahal, kualitas seperti itu artinya saya harus menyerahkan hidup dan segala kepentingannya bagi mereka yang saya kasihi. Artinya, kepada siapa saja yang membutuhkan saya, akan saya berikan apa saja yang masih sanggup saya lakukan dan berikan.

Tuhan Yesus menekankan hal ini di saat Perjamuan Terakhir sebagai Perintah yang perlu diingat dan tidak boleh dilupakan. Dalam Yohanes 15, Tuhan mengibaratkan Beliau sebagai POKOK ANGGUR dan murid-murid-Nya sebagai CARANGNYA. Mereka akan berbuah bila melekat dan tinggal dalam Kasih-Nya.

Bagaimana caranya Yesus tinggal dalam Kasih Bapa? Dengan melakukan Perintah Bapa, Yesus tinggal dalam Kasih Bapa. Demikian juga jika melakukan Perintah Yesus, kita akan tinggal dalam Kasih Yesus.

Mengejutkan saya bahwa Perintah yang Tuhan Yesus ingin saya lakukan adalah ayat 12: Kasihilah sesamamu seperti Aku mengasihi kamu!

Jika saya tinggal dalam perintah Yesus, maka sukacita-Nya akan tinggal dalam hati saya. Saya akan berbuah dan buahnya akan tetap. Bahkan apapun yang saya minta dalam nama Yesus akan dikabulkan oleh Bapa.

Selama beberapa tahun pelayanan, tanpa sadar saya mencoba untuk mempraktekkan kebenaran ini KEPADA SEMUA ORANG! Nah, inilah kesalahan saya! Sederhana saja, saya tidak memperhatikan konteks yang Yesus maksudkan. Tuhan tidak meminta saya mengasihi semua orang dengan kualitas kasih seperti Yesus mengasihi saya. Karena kualitas Kasih Yesus adalah MEMBERI HIDUPNYA bagi kita. Menyerahkan NYAWA, bukan sekedar mati terbunuh, bagi orang yang kita cintai.

Namun lebih praktisnya dengan mempedulikan, memberi waktu, mendukung semangat, memberi bahu untuk bersandar, memberi telinga untuk mendengar, dan memberi hati untuk memahami. Menangis dan tertawa bersama. Memberi peringatan dan teguran dengan kasih dan air mata. Menjerit bersama dalam doa. Menghancurkan hati bersama saat menderita. Bertahan dan berjuang bersama sampai berkemenangan.

Tentulah, kualitas kasih semacam ini menuntut waktu dan enerji. Tidak mungkin saya bisa curahkan dan lakukan kepada setiap orang. Akibatnya, orang yang seharusnya saya kasihi justru tidak terlayani, sebaliknya orang yang 'jauh' malahan menikmati kepedulian saya. Orang tua saya tidak menikmati. Istri dan anak saya tidak terlayani.

Salahkah saya? Ya! Namun bukan karena saya sengaja, hanya karena saya tidak mengerti. Akibatnya hubungan saya dengan istri dan anak saya sangat tidak kuat. Hubungan saya dengan orang tua sangat "miskin". Hubungan saya dengan orang sekitar saya pun hanya "tipis". Saya masih beruntung karena masih ada yang merasa saya kasihi.

Akibat yang lebih fatal adalah hidup saya menjadi kering dan buah pelayanan saya menjadi tidak tetap. Suka cita Bapa tidak lagi memenuhi hati saya. Saya terhanyut dengan program dan kegiatan pelayanan. Saya sadari ini setelah saya jatuh. Konselor saya mendorong saya untuk membangun kembali sistem keluarga saya, sehingga imunitas pertahanan hidup saya kuat menghadapi godaan.

Saya belajar dari kesalahan ini, dengan mengalami Kasih Kristus yang ditunjukkan oleh beberapa Sahabat Sejati yang dengan Kasih tak bersyarat kepada saya. Saat saya sangat tidak layak untuk dikasihi. Sangat kotor dan bejat. Mereka berkata "Sam, apapun keadaanmu, saya mengasihimu dan tidak akan berubah. Saya tidak akan meninggalkanmu. Kapanpun kamu butuh saya, kamu bisa hubungi saya, dan saya akan ada di sana bagi kamu. Kamu adalah sahabat saya!" Saya diikat oleh kasih Kristus walaupun saya masih terhanyut. Tapi, ikatan itu mulai menarik saya dan mempertahankan saya untuk selalu mengingat kasih-Nya. Saya akui bahwa sangat tidak mudah untuk bisa tetap mengasihi orang seperti saya. Saya tidak bisa menyalahkan kalau ada bahkan banyak orang marah dan benci kepada saya. Jujur di lubuk hati saya, memang orang senajis saya layak dihukum. Justru itulah genap yang Firman Allah katakan, Anugrah-Nya semakin nyata saat kita tidak berlayak.

Singkat cerita (nanti dalam buku akan diceritakan detail), saya tiba di ujung jalan untuk membuat keputusan.

Yang dimaksud: ...supaya kamu saling mengasihi (Yoh 15:12)...Kasihilah seorang akan yang lain (Yoh 15:17) ..adalah orang yang ada di sekeliling kita. Saat itu 12 orang murid diminta saling mengasihi. Yesus telah menunjukkan praktek sehari-hari dan kemudian puncaknya, mati bagi mereka.

Bagi kita, kelompok itu adalah keluarga kita dan beberapa orang yang benar-benar kita anggap sebagai bagian keluarga (tetangga pada zaman tertentu sudah hampir sama seperti anggota keluarga). Ada yang menyebutnya "kelompok internal". Ada yang menyebutnya "Ring-1". Ada yang menyebutnya "Sahabat".

Yang pasti, jumlahnya terbatas. Yesus sendiri hanya memiliki 12 orang yang diadopsi sebagai sahabat, sementara Beliau tidak mempunyai istri dan anak. Tidak perlu bertanggung jawab memelihara orang tuanya. Juga tidak perlu ke kantor untuk mencari nafkah. Bagaimana dengan kita yang dipenuhi jadwal kerja dan mengurusi keluarga? Pasti jumlah yang kita sanggup penuhi juga akan terbatas. Mungkin total dengan anggota keluarga kita tidak lebih dari 12 orang. Mungkin juga bisa? Mari kita diskusikan.

Selain 12 orang rasul-Nya, Yesus mempunyai Ring-2 berjumlah 70 murid. Terhadap mereka, intensitas yang Yesus berikan tidak sama dengan rasul-Nya. Kita pun memiliki beberapa teman-tema sekantor, se-hobby, segereja, sekampus, dsb. Kepada mereka, kita perlu tunjukkan pelayanan kita namun sangat terbatas dalam intensitas waktu dan kepedulian.

Sebagai pelayan publik, seorang dokter haruslah melayani semua pasien dengan ramah dan "kasih". Namun "kasih" yang seorang dokter tunjukkan kepada pasiennya tentunya terbatas lingkup tugasnya. Dia tidak menyerahkan nyawanya bagi pasiennya. Begitu juga pelayan publik lainnya seperti GEMBALA JEMAAT. Perhatian dan pelayanan kepada jemaat dalam lingkup tugasnya akan sangat berbeda dengan KASIH kepada kelompok RING-1 yang dia kasihi. Namun seorang GEMBALA, seperti yang saya alami, sering kali terhanyut sehingga mengabaikan kelompok RING-1 namun lebih banyak memberi waktu kepada "orang banyak.

Nah, karena jumlahnya makin lama makin banyak, yang terjadi adalah kualitas KASIH yang saya berikan kepada mereka pun jadi berkurang dan tipis. Bahkan seolah menjadi sekedar asal memenuhi syarat. Hal ini ada yang saya sadari, ada juga yang tidak saya sadari. Dalam hati saya merasa sudah melakukannya dengan maksimal karena memang niatnya mau mengasihi.

Ketika ada yang mengeluh karena merasa tidak dikasihi, saya berusaha tingkatkan waktu dan kepedulian. Ketika usaha dan waktu saya mentok habis, saya jadi kecewa karena keluhan tetap datang. Entah kecewa pada diri sendiri, atau kepada yang mengeluh, atau kecewa kepada keadaan? Apa yang terjadi sebenarnya?

Selama enam tahun ini, saya akhirnya menyadari bahwa ada yang keliru dalam pemahaman saya. Sehingga dalam prakteknya terjadi kekusutan. Ternyata kualitas "Kasih Seperti Kristus" tidak dapat kita praktekkan kepada semua orang di dunia. Maksimalkan kepada "sesamamu" (bahasa Inggris: your neighbour), yaitu mereka yang ada di sekitar kita, dengan keterlibatan kontak waktu dan ikatan yang tinggi dan khusus.


Kamis, 05 Maret 2009

MASTURBASI ROHANI

Dalam bukunya Tentara-tentara Akhir Zaman tulisan John Kelly & Paul Costa menuliskan suatu kebenaran yang sangat menarik untuk kita renungkan. Pada suatu hari Tuhan memberi penglihatan kepada penulis untuk melihat suasana peperangan rohani yang sedang berkecamuk dalam alam roh.  Dan ada suatu pemandangan  yang dilihat dan sangat mengejutkannya:

Saya terkejut akan apa yang saya lihat kemudian! Para pria dari batalion-batalion yang telah membentuk lingkaran-lingkaran dan mereka sedang menumpahkan air mani mereka ke tanah. Saya berkata, "Tuhan, apakah ini yang menjijikan, penuh hawa nafsu dan hal seksual yang sedang saya lihat?" Tuhan berkata, "Itu bukanlah satu dari hal tersebut. Buang pikiranmu keluar dari hal itu; itu bukanlah maksud yang Aku katakan. Apa yang kamu lihat adalah pria-pria dan wanita-wanita dalam pelayanan menyia-nyiakan benih urapanKu dengan tidak menghasilkan anak-anak laki dan perempuan rohani. Ya, mereka berkotbah, bernubuat dan melakukan karunia-karunia roh kepada umatKu, tetapi mereka tidak membangun umatKu. Mereka sia-sia! Bukan firmanKu mengatakan tentang benihKu yang tidak dapat binasa dan benih yang dapat binasa? Apa yang Aku tunjukan kepadamu adalah bahwa benihKu yang tidak dapat binasa dapat menjadi binasa karena pemakaian yang sia-sia dan menghamburkan urapanKu.

DIGENGGAM TANGAN BAPA

Lucien Accad adalah Direktur dari Bible Society di Lebanon. Ketika perang saudara pecah di negerinya, ia ingat sebuah perjalanan di kota di mana ia mengajak putranya yang berumur lima tahun.
Tiba-tiba terjadi tembak menembak. Dengan panik orang-orang berlari mencari tempat perlindungan. Lucien berdoa mohon perlindungan Allah sambil berusaha untuk tetap tenang supaya ananknya tidak panik. Ketika keadaan sudah tenang kembali, ia menanyakan apakah anaknya takut. Anak itu menjawab, "Tentu saja tidak. Ayah, saya memegang tanganmu."
Perang berkecamuk selama bertahun-tahun. Kata Lucien, "Saya tidak pernah melupakan perkataan sederhana anak saya. Perkataannya itu senantiasa mengingatkan bahwa jika tangan saya ada dalam genggaman tangan Bapa maka saya tidak perlu panik."
Melewati masa sulit dan menghadapi tekanan dari masa depan yang banyak membuat orang takut, biarlah kisah ini menjadi kekuatan bagi kita. JanjiNya berkata bahwa Dia menyertai kita sampai akhir zaman. 

Selasa, 03 Maret 2009

GIAT YANG SIA-SIA

Selama ini umat Tuhan diajar mengenai pentingnya giat di dalam pekerjaan Tuhan. Itu sebabnya banyak orang percaya berjuang untuk sungguh-sungguh giat dalam pelayanan. Memang benar bahwa jerih payah kita dalam Tuhan tidaklah sia-sia, tetapi ada suatu kebenaran yang perlu kita renungkan, yaitu dalam Rom 10:1-2

1 Saudara-saudara, keinginan hatiku dan doaku kepada Tuhan ialah, supaya mereka diselamatkan.

2 Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar.
Kehidupan bangsa Israel dapat menjadi sebuah pelajaran bagi kita, mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa disertai dengan pengertian yang benar. Akibatnya semua jerih payah mereka sia-sia. Bukankah ini yang sekarang terjadi?
Banyak orang yang sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi sebenarnya mereka belum memiliki pengetian yang benar. Disinilah kita menyadari betapa pentingnya seseorang bukan hanya sekedar dimotivasi untuk memiliki kerajinan dalam pekerjaan Tuhan, tetapi juga dimuridkan dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan pengertian yang benar.
Amsal 19:2
2 Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah.
Jangan hanya sekedar memiliki kerajinan, tetapi pelajarilah kebenaran demi mendapatkan pengertian yang benar. Supaya semua kerajinan kita tidaklah sia-sia, tetapi mendapatkan hasil yang maksimal.
Bagi para pemimpin, biarlah kita bukan hanya memotivasi umat Tuhan untuk terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Muridkan mereka, ajarlah mereka mengenai kebenaran, sehingga mereka mendapatkan pengertian yang benar. Tugas kita bukan sekedar mendorong mereka untuk memiliki aktifitas, tetapi juga tanggung jawab untuk memuridkan mereka.
Bagi para aktifis, tidaklah cukup bermodalkan kerajinan, tetapi milikilah hati yang mau belajar dan hati yang mau diajar.
Berjuanglah untuk bertumbuh dalam pengertian yang benar. Bermodalkan semangat saja ternyata belumlah cukup. Belajarlah kepada Daud, saat ia memidahkan Tabut Allah ke Yerusalem. Ia bermodalkan semangat saat itu, tetapi sayangnya ia tidak memiliki pengertian yang benar. Tabut perjanjian diangkutnya dengan sebuah kereta. Bukankah kita mengetahui akhir dari kisah ini? Ia mengalami kegagalan. Kegagalan yang dialaminya membuat Daud mulai mencari pengertian. Setelah dia mendapatkannya dan mulai melakukannya, ia berhasil membawa Tabut itu ke Yerusalem.
Kejarlah dan dapatkanlah PENGERTIAN. Selamat belajar! 



Senin, 02 Maret 2009

KOQ BISA JATUH SIH?

Jika kita mengikuti berita mengenai kekristenan di AS, maka ada suatu keprihatinan yang sangat besar. Banyak hamba-hamba Tuhan yang terkenal dipakai Tuhan, mengalami kejatuhan. Kejatuhan dalam perselingkuhan, hubungan antar sesama jenis dan juga keuangan. Jika kita mengikuti berita demi beritanya, maka hati ini menjadi miris dan timbul pertanyaan di benak kita. Koq bisa yah? Hamba Tuhan yang sangat luar biasa dipakai Tuhan bisa mengalai kejatuhan seperti itu. Apa yang membuat mereka bisa jatuh?

Kita langsung mempersalahkan setan, sebagai aktor intelektual dibalik semua kejatuhan ini. Benarkah demikian? 

Pernahkah kita melihat seorang pemain sirkus yang sedang berjuang untuk berjalan diatas seutas tali diatas ketinggian? Dengan sangat berhati-hati menjaga keseimbangan tubuhnya, ia berjalan menyeberang. Pemandangan ini membuat setiap orang yang melihatnya menjadi berdebar-debar. Yang menjadi rahasia pemain ini dapat menyeberang dengan berhasil adalah karena ia berjalan dengan keseimbangan. Selama ia berjalan dengan keseimbangan, maka ia tidak akan mengalami kejatuhan. Tetapi disaat ia kehilangan keseimbangan tubuhnya, maka saat itulah ia akan jatuh.

Adalah benar bahwa iblis berusaha untuk menjatuhkan dan menghancurkan kita, tetapi itu merupakan sebagian dari kebenaran. Yang menjadi penyebab dari kejatuhan dan kegagalan dari  banyak hamba-hamba Tuhan yang luar biasa adalah karena mereka sudah tidak berjalan dalam keseimbangan. Coba perhatikan:

a. Apakah antara karunia (kharisma) yang kita miliki seimbang dengan karakter?

b. Apakah pengajaran kita seimbang? Karena kesesatan dimulai saat kita mulai menonjolkan suatu kebenaran dan mengesampingkan kebenaran yang lain.

c. Apakah antara waktu untuk keluarga dan pelayanan seimbang? Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan yang begitu hanyut dengan kesibukan pelayanan, sehingga waktu kebersamaan dengan keluarganya dikorbankan. 

d. Apakah banyaknya aktifitas pelayanan kita seimbang dengan waktu pribadi kita dengan Tuhan? Jika kita tidak berhati-hati, maka betapa mudahnya kita terjebak dalam rutinitas dan kesibukan pelayanan, sehingga kita tidak lagi memiliki waktu untuk bersekutu dengan Tuhan.

Perhatikan dan pelajari kehidupan hamba-hamba Tuhan yang mengalami kejatuhan. Dapat dipastikan terdapat ketidakseimbangan dalam beberapa area kehidupan mereka. Itulah merupakan penyebab dari kejatuhan yang mereka alami.

Jangan heran jika satu saat kita kembali mendengar seorang hamba Tuhan yang terkenal mengalami kejatuhan. Mengapa? Lamanya kita berjalan dengan Tuhan tidak menjamin tidak terjadinya kejatuhan. Banyaknya atau tajamnya kita bergerak dalam karunia-karunia Roh Kudus tidak membuat kita kebal dari kejatuhan. Tidak peduli berapa banyak pengalaman spektakuler yang kita pernah alami bersama dengan Tuhan. Siapapun kita... Disaat kita mulai kehilangan keseimbangan, maka kita pasti akan mengalami kejatuhan. Itu sebabnya jangan menjadi takut dan tawar hati, tetaplah berjalan dalam panggilan kita. Jangan biarkan iblis mengintimidasi kita dengan menggunakan berita-berita kejatuhan hamba-hamba Tuhan. Usahakan dan pertahanankan terus keseimbangan dalam kehidupan kita, maka kita tidak akan mengalami kejatuhan. Sebuah PR buat kita semua, evaluasilah kehidupan kita. Perhatikan dengan seksama bagaimana kita menjalani kehidupan ini. Di area-area manakah yang perlu kita seimbangkan? Temukan itu dan mulailah perbaiki dan kita akan diluputkan dari kejatuhan..