Kamis, 13 Agustus 2009

KETIDAK NYAMANAN PENYEBAB PERSUNGUTAN

Jika kita memperhatikan kapan bangsa Israel yang sedang berada dalam perjalanan ke tanah Perjanjian bersungut-sungut? Ternyata itu terjadi disaat kenyamanan mereka terganggu. Disaat ketiadaan air, disaat mereka menginginkan daging. Bukankah ini yang terjadi dalam kehidupan keseharian kita? Disaat kenyamanan kita terusik, maka reaksi kita adalah bersungut-sungut. 
Dosa persungutan adalah salah satu penyebab bangsa Israel gagal memasuki Kanaan mereka. Ini jugalah yang menjadi penyebab kehidupan banyak orang percaya hari-hari ini gagal mengalami kemaksimalan. Bagaimana caranya untuk kita lolos dari perangkap ini? 
Mulailah memahami jalan Tuhan, Dia sangat serius dalam mendidik kita. Dia jauh lebih tertarik mendidik kita daripada sekedar memberkati kita. Saat Dia mendidik, maka pastilah kenyamanan kita akan terganggu. Seolah-olah semuanya menjadi kacau dan tak terkendali! Ingatlah selalu bahwa Dia adalah Bapa yang sangat mengasihi kita. Suatu kali Leighton Ford menuliskan Quotation yang sangat memberkati: “God loves us the way we are, but too much to leave us that way.” Surat Ibrani 12 menjelaskan dengan jelas bahwa bukti kasih sayangnya sebagai Bapa adalah dengan mendidik dan mendisplin kita. Bersyukurlah kepada Tuhan saat kenyamanan kita terganggu, karena saat itulah bukti nyata bahwa Bapa sedang mengekspresikan kasihNya kepada kita.

Rabu, 12 Agustus 2009

HATI ORANG SIAPA YANG TAHU?

Pernahkah mendengar atau membaca statment: Hati orang siapa yang tahu? Benarkah kita tidak bisa mengetahui hati kita dan orang lain? 
Matius 12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Matius 15:18
18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.
Membaca 2 ayat diatas, maka kesimpulan yang didapat adalah kita dapat mengetahui keadaan hati seseorang dilihat dari apa yang diucapkannya. Jika perkataan seseorang penuh dengan kepahitan, maka itu menunjukan bahwa hatinya pahit. Jika perkataan seseorang dipenuhi dengan ketakutan atau kekuatiran, maka itu membuktikan hatinya sedang dikuasai oleh ketakutan. Jika seseorang mengucapkan hal-hal yang cabul, maka itu menujukan percabulan ada di hatinya. 
Mengapa kebenaran ini begitu penting? Sehat atau tidaknya hati dapat diketahui dengan memperhatikan apa yang kita katakan. Jika perkataan kita sudah bernada kepahitan terhadap seseorang, maka segeralah untuk membereskannya. Sadari dan akui bahwa hati kita telah pahit (kecewa, terluka) terhadap orang itu. Jangan biarkan kepahitan semakin merusak kehidupan kita. 
Demikian juga dengan mendengar apa yang dikatakan oleh teman-teman kita, maka kita dapat saling menjaga dengan mengingatkan akan keadaan hati mereka. Kebenaran ini akan menolong kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan.

Selasa, 04 Agustus 2009

APAKAH WAKTU ITU?

Dalam buku Sukses Bukanlah Sebuah Kebetulan tulisan Tommy Newberry menulis:

Waktu adalah sumber daya yang unik; tidak kelihatan, tidak mungkin diubah dan tidak mungkin dihentikan. Semua orang mempunyai waktu yang sama. Anda dan saya harus hidup 86.400 detik, 1.440 menit atau 24 jam setiap harinya. Berarti 168 jam setiap minggunya, kira-kira 720 jam per bulannya, 8.640 jam per tahunnya, 177.800 jam selama dua puluh tahun berikutnya dan kira-kira 691.200 jam dalam seumur hidup kalau seorang hidup hingga usia delapan puluh.

Lihatlah waktu sebagai sesuatu yang sangat berharga dan bernilai. Belajarlah untuk bertumbuh dalam hikmat dan kebijaksanaan sehingga kita bisa mengetahui bagaimana kita memanfaatkan waktu yang ada secara tepat. Seandainya setiap kita menyadari betapa berharganya waktu itu, maka kita akan memanfaatkan sebaik-baiknya. Evaluasilah bagaimana cara kita mengisi waktu dalam kehidupan ini. Apakah kita mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat ataukah justru mengisinya untuk mengerjakan perkara yang sia-sia?

ESENSI DISIPLIN

Penghalang untuk seseorang menjadi pelaku Firman adalah karena orang tersebut belum menaklukan perasaannya. Seringkali kita mengetahui apa yang seharusnya kita lakukan, sayangnya terbentur pada perasaan yang tidak mendukung. Mood seringkali harus kita waspadai. Betapa berbahayanya jika kita bergantung pada "mood" untuk melakukan sesuatu. 

Jika mood kita sedang mendukung, maka kita akan berdoa dan membaca Alkitab, tetapi sebaliknya jika sang mood sedang tidak mendukung, maka kita enggan untuk melakukannya. Luk 5:4-5

4 Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: "Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan."
5 Simon menjawab: "Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga."


Percayalah saat itu sebenarnya Simson tidak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh Yesus. Semua hal tidak mendukungnya untuk mentaati apa yang menjadi perintah Yesus. Logikanya, pengalamannya dan bahkan perasaannya tidak memberi dukungan untuk dia taat. Kunci dari keberhasilannya terletak saat ia "MEMUTUSKAN" untuk mentaati Yesus. Turning Point terjadi dalam kehidupannya, dari seorang gagal menjadi seorang yang berhasil

Ada banyak diantara kita yang mengharapkan terobosan, perubahan dalam kehidupan. Mulailah untuk melakukan sesuatu apa yang seharusnya kita lakukan. Tidak peduli perasaan kita sedang mendukungnya atau tidak. Belajarlah untuk menaklukan perasaan kita. Ketaatan selalu diawali dengan KEPUTUSAN. Putuskan untuk mengampuni, meskipun perasaan kita tidak ingin melakukannya. Esensi dari Disiplin adalah memutuskan untuk melakukan apa yang seharusnya kita lakukan.