Minggu, 20 September 2009

CAN'T YOU FEEL THE LOVE TONIGHT?

Dalam sountrack film animasi Lion King, Elton John menyanyikan lagu yang berjudul: Can't You feel the Love tonight. Kasih ternyata bukan hanya untuk dikatakan, melainkan harus dapat dirasakan.

Boleh-boleh saja kita berkata bahwa selama ini kita mengasihi Tuhan, tetapi pertanyaannya adalah apakah Tuhan merasa dikasihi oleh kita

Jangan sampai kasih kita kepadaNya barulah sebatas pernyataan dan nyanyian, tetapi belum diwujudkan dalam tindakan nyata. Kasih kita kepada Tuhan seharusnya diekspresikan dalam tindakan ketaatan dan hasrat untuk selalu memberi yang terbaik.

Jika kita sungguh-sungguh mengasihi Roh Kudus, maka kita akan merasa terluka saat kita melakukan tindakan-tindakan yang melukai perasaanNya. 

Sudah waktunya kasih kita kepada Tuhan dapat dirasakan olehNya. Oh God.... Can't You feel the love today?

Senin, 14 September 2009

SEKEDAR TAHU

Banyak orang percaya yang sebenarnya baru mencapai tahap "mengetahui" kebenaran. Seharusnya setiap kita mencapai tahap "mengerti". Sekedar tahu belum banyak berdampak dalam kehidupan kita. Saat mengerti, maka pemahaman kita akan membuat hidup ini menjadi makin berkualitas. Janganlah puas dan berhenti di titik "tahu". Berjuanglah untuk memiliki pemahaman yang mendalam terhadap kebenaran. Ujian kehidupanlah yang akan menyingkapkan, apakah selama ini kita sekedar tahu ataukah sungguh memiliki pengertian yang mendalam. Semoga setiap kita bertumbuh dalam pemahaman akan kebenaran.

Sabtu, 12 September 2009

KAPANKAH KITA SADAR?

Seperti si bungsu dalam kisah anak yang hilang, setiap orang suatu saat pasti akan mengalami pengalaman: "lalu ia menyadari keadaannya". Kesadaran bahwa selama ini ia telah menyimpang dari kebenaran. Kesadaran semacam inilah yang membuat orang ini berniat kembali ke jalan yang benar. Hanya masalah waktu saja. Ada yang cepat, tetapi ada yang datang sangat terlambat, setelah semuanya hancur.
Bagi beberapa orang, dibutuhkan kehancuran untuk menyadarkan mereka. Harta yang ludes tidak membuat si bungsu menyadari keadaannya. Dibutuhkan pengalaman "kandang babi" untuk menyadarkannya. Kita membutuhkan hati yang peka terhadap teguran yang lembut dari Roh Kudus. Sangat disayangkan seringkali kita "menyepelekan" teguran-teguran tersebut dan mengeraskan hati kita.

Kamis, 10 September 2009

TUNDUK PADA SIAPA?

Ibr 13:17, "Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu."

Jika kita membaca ayat diatas, maka Alkitab mengajarkan sebuah keseimbangan dalam dunia kepemimpinan. Bagian dari orang-orang yang dipimpin adalah untuk TAAT dan TUNDUK pada pemimpin mereka. Bukankah ini yang diajarkan di banyak gereja selama ini? Tema yang diusung adalah TUNDUK PADA OTORITAS. Selama ini jemaat diajar untuk memiliki "penundukan diri" pada para pemimpin. Sayangnya kebenaran ini barulah separuh dari kebenaran, karena ayat selanjutnya berbunyi "Sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu." Inilah yang seringkali dilupakan oleh para pemimpin. Mereka mengharapkan bahkan cenderung untuk menuntut ketaatan dan penundukan diri dari orang-orang yang dipimpinnya. Alkitab mengajarkan ada tanggung jawab untuk para pemimpin, yaitu berjaga-jaga atas jiwa dari orang-orang yang Tuhan percayakan dibawah kepemimpinan kita. 

Mengamati Gereja Tuhan hari-hari ini, seringkali terjadinya pemberontakan terhadap para pemimpin. Saya bisa memahami penyebab terjadinya pemberontakan pada otoritas (walaupun tidak membenarkan pemberontakan mereka), karena pemberontakan terjadi disaat para pemimpin cenderung untuk "memaksakan" otoritas, tetapi tidak diimbangi dengan tanggung jawab untuk berjaga-jaga atas jiwa mereka. Lucu rasanya jika seorang ayah yang tidak pernah bertanggung jawab dan menyatakan kasihnya kepada si anak dan mengharapkan si anak mengasihi dan menghormatinya. Berbeda jika sang ayah telah melakukan fungsi dan tanggung jawabnya, maka si anak akan dengan suka rela menundukan diri di bawah otoritas sang ayah. Jangan salahkan saat orang-orang yang kita pimpin mengalami kesulitan dalam Tunduk dan Taat kepada kita, seringkali itu terjadi karena kita belum mengerjakan tanggung jawab kita, yaitu berjaga-jaga atas jiwa mereka. Menurut pendapat saya Otoritas seharusnya lahir secara alami dan bukan dipaksakan! Bagi para pemimpin, fokuslah pada tanggung jawab kita dengan berjaga-jaga atas jiwa mereka. Karena jika kita sudah mengerjakan tanggung jawab kita, maka secara alami orang-orang itu akan dengan "suka rela" menundukan diri dibawah kepemimpinan kita

Tulisan ini tidak bertujuan membangkitkan pemberontakan orang-orang yang merasa tidak puas karena mereka tidak merasa dijaga oleh pemimpin mereka. Tulisan ini saya tujukan bagi para pemimpin supaya kita menyadari ada tanggung jawab yang sangat besar dan berat di hadapan Tuhan. Pemimpin bukan berbicara mengenai Kedudukan, Posisi dan Jabatan, melainkan FUNGSI! Mari kita tumbuhkan hati Bapa dan hati seorang Gembala yang baik (bukan Gembala Upahan) terhadap orang-orang yang kita pimpin. Nasehat saya bagi saudara yang berada di bawah kepemimpinan seorang pemimpin yang tidak melaksanan fungsi dan tanggung jawabnya adalah tetaplah menghormati mereka. Walaupun pemimpin kita belum (tidak) berfungsi, tetaplah hargai mereka. Mengapa kita melakukannya? Seperti Daud yang tetap menghormati Saul, demikianlah kita tetap memelihara rasa hormat karena kita melakukannya untuk Tuhan! Akhirnya bagi para pemimpin, pertanyaan yang harus kita renungkan adalah Sudahkah kita berjaga-jaga atas jiwa mereka?

Senin, 07 September 2009

MEMBUAT YESUS MURKA

Saat membaca kisah Yesus menyucikan Bait Allah dalam Yoh 2:13-16, ada hal yang mengganggu hati saya saat membacanya. Yesus terlihat begitu marah, bahkan nampak Ia begitu “MURKA”. Ia membuat cambuk untuk mengusir orang yang berjualan beserta binatang-binatang yang ada. Bukan hanya itu saja, tetapi Ia melanjutkan dengan meja-meja dibalikanNya dan uang penukar-penukar uang dihamburkanNya. Berdasarkan pengamatan saya, belum pernah semasa keberadaanNya didunia, Ia semarah seperti saat itu! Apa penyebab kemarahanNya??? Saat Ia melihat Bait Allah yang seharusnya menjadi rumah doa, tetapi menjadi tempat berdagang. Saat itu Yesus sedang menggembalikan fungsi Bait Allah. Bait Allah menjadi tempat berbisnis. Ini adalah kekejian dimata Tuhan!

Perhatikan apa yang membuatNya Marah? Apakah membuat kita marah juga? Seharusnya apa yang membuatNya marah, tidak kita lakukan! Sangat disayangkan dalam zaman sekarang ini praktek yang sama seringkali terjadi. Gereja bukan lagi menjadi tempat dimana orang mencari Tuhan dan mengenal Tuhan dalam ketulusan, tetapi menjadi tempat berbisnis. Bukan Yesus yang sebenarnya menjadi Tuhan, melainkan Mamon. Jika 2000 tahun lalu Yesus begitu marah, maka bagaimana Dia tidak akan marah saat melihat hal yang sama terjadi? Ada “oknum-oknum” tertentu yang menjadikan Gereja sebagai tempatnya mencari nafkah dan mengumpulkan kekayaan pribadi. Seringkali sudah hilangnya kemurnian dalam Gereja Tuhan di hari-hari ini. Bagaimana mungkin di tempat seperti itu Tuhan dapat menyatakan kemuliaanNya? Biarlah ada kemarahan yang kudus dalam diri setiap kita saat terjadi penyelewengan dalam Gereja Tuhan… Kemarahan yang saya maksud adalah saat kita menjauhkan diri dari hal-hal yang membuatNya menjadi MARAH dan mengejar kemurnian. 

Doa saya kepada Tuhan adalah: “Maukah Engkau melakukannya lagi di zaman kami?” Sucikan GerejaMu dari semua kecemaran, ketamakan, penyimpangan yang ada… Supaya kemuliaanMu dapat dinyatakan bagi dunia ini…. Singkirkanlah semua ketidak murnian dari gerejaMu….

Jumat, 04 September 2009

APA KIRA-KIRA YANG AKAN DILAKUKAN YESUS?

Sebuah pertanyaan yang membutuhkan perenungan saat kita berusaha menjawabnya adalah: Apakah yang akan Yesus lakukan saat Ia hidup di zaman kita sekarang ini? Apakah Dia akan melakukan apa yang selama ini kita lakukan? Mengapa pertanyaan ini harus kita jawab?
Apakah jika Yesus hidup di zaman kita, maka yang dilakukanNya adalah mengumpulkan dana untuk membangun sebuah gedung gereja yang megah? Apakah Dia akan menyibukan diri dengan aktifitas gerejawi? Menjadi seorang Gembala, menjadi seorang Worship Leader yang diurapi ataukah aktifitas agamawi yang selama ini kita kenal?
Yang Yesus lakukan saat Ia berada didunia adalah justru berseberangan dengan Ahli Taurat dan orang Farisi pada zaman itu. Sebuah pertanyaan lagi adalah siapakah yang kita teladani saat ini: apakah Yesus ataukah justru yang kita lakukan adalah apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan orang Farisi? Sudah waktunya kita mengevalusi, berpikir untuk kemudian mengambil keputusan. Pekerjaan siapakah yang akan kita lanjutkan: Yesuskah? atau Ahli Taurat & orang Farisi? Hanya anda sendiri yang dapat memutuskannya....