Jumat, 30 Oktober 2009

EVENT DAN ACARA

Paul Scanlon, (gembala dari Abundant Life Church Bradford Inggris) memberi pernyataan yang patut untuk kita renungkan:

We overestimate events & underestimate process. Events are good for making decisions but only process produces consistent growth. Thank God for events but they are limited in what they can achieve. Don't build your life on events - embrace the process.

Hal yang memprihatinkan saya adalah melihat banyak gereja Tuhan yang terlalu berharap pada acara-acara. Sebagai solusi dari kerinduan melihat umat yang kita layani untuk mengalami perubahan dan pertumbuhan rohani. Itu sebabnya KKR demi KKR diadakan. Seminar demi seminar, retreat demi retreat. IngatLah bahwa semua acara hanya menghasilkan keputusan. Lewat KKR, Seminar, Retreat, orang-orang dijamah dan keputusan untuk berubah diambil. Tetapi mengambil keputusan untuk berubah barulah permulaan dari sebuah perubahan. Proseslah yang membuat orang berubah secara signifikan. Tidak ada yang salah dengan mengadakan acara demi acara, tetapi biarlah itu bukan didasari oleh mentalitas instan di kepala kita untuk mengharapkan perubahan dan pertumbuhan. Bagi saudara yang terlalu berharap kepada acara, mari evaluasilah hasil dari acara-acara tersebut. Bukan setelah acara itu baru saja usai, tetapi lihatlah beberapa waktu kemudian. Bukankah yang kita rindukan bukan sekedar perubahan yang sesaat, tetapi yang tetap?

Ingatlah untuk mengadakan sebuah event atau acara membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sangat disayangkan jika investasi dana yang cukup besar bahkan seringkali sangat besar tidak membuahkan hasil yang maksimal. Sebaiknya kurangilah mengadakan event demi event dan mulailah berkonsentrasi pada proses. Follow Up dari sebuah acara atau event sangatlah penting. Marilah memikirkan untuk menolong orang dalam proses mentoring (pendampingan). Dampingi dan tolonglah mereka dalam proses perubahan. Ingat! Musuh dari perubahan adalah kebiasaan. Kebiasaan baru harus mulai dibangun untuk menggantikan kebiasaan lama. Seimbanglah antara event dan proses...

Sabtu, 24 Oktober 2009

RASA PUAS DENGAN TUHAN

Bagaimana kita dapat menceritakan sesuatu yang tidak kita alami sendiri? Bukankah seseorang dapat dikatakan sebagai seorang saksi jika ia mengalami sendiri suatu peristiwa tertentu? Setelah Ayub melewati pencobaan yang dialaminya, ia mengucapkan suatu pernyataan yang harus kita renungkan: Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.

Bagaimana dengan kekristenan kita? Apakah selama ini kita membangunnya diatas dasar pengajaran yang tanpa disertai dengan pengalaman? Betapa rapuhnya sebuah pengajaran jika tidak disertai dengan pengalaman. Ini bukan berarti kita sedang memuja pengalaman dan mengesampingkan arti dari kebenaran (doktrin). Jangan berhenti pada rasa puas saat kita sudah mengetahui suatu kebenaran, kembangkanlah kerinduan di hati kita untuk mengalami apa yang kita percayai. Bagaimana kita bisa menceritakan sesutu yang tidak terlebih dahulu kita alami sendiri? Saat Petrus ditangkap oleh Mahkamah Agama dalam Kis 4:20, saat mereka melarang Petrus memberitakan nama Yesus, ia berkata: tidak mungkin bagi kami untuk tidak berkata-kata tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar.

Pernahkah kita makan di sebuah rumah makan dan kita begitu puas dengan rasanya? Secara spontan (tanpa diminta oleh si pemilik rumah makan), kita akan “BERSAKSI” kepada teman-teman untuk mereka mencoba rumah makan tersebut. Jika kita merasakan kepuasan hidup didalam Yesus, maka secara otomatis kita akan menyaksikannya kepada orang-orang disekitar kita. Salah satu penyebab mengapa banyak orang percaya mengalami kesulitan untuk bersaksi adalah karena kurangnya mengalami pengalaman pribadi bersama dengan Tuhan. Kita belum sampai kepada pengalaman “PUAS” dengan Tuhan. Seperti Ayub, pengenalan banyak orang akan Tuhan adalah berasal dari kata orang (Pendeta atau hamba-hamba Tuhan). Merekalah yang menceritakan tentang Tuhan kepada kita. Bukankah kekristenan bukanlah agama, melainkan pengalaman pribadi seseorang bersama dengan Tuhan? Alami pengalaman bersama dengan Tuhan karena Tuhan memanggil setiap kita untuk memasuki pengalaman yang lebih dalam lagi bersamaNya.

Jumat, 23 Oktober 2009

DIPANGGIL MENJADI SAKSI BUKAN HANYA BERSAKSI

Jika kita membaca dalam Kis 1:8, Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi SAKSI. Kita dipanggil lebih dari sekedar bersaksi. Seringkali kita memiliki pengertian yang terlalu sempit dan dangkal, yaitu dengan berpikir bahwa menjadi Saksi adalah berbicara mengenai apa yang kita kotbahkan atau katakan kepada orang yang belum mengenal Tuhan. Hal yang harus selalu kita ingat adalah orang yang kita jangkau adalah orang yang bukan hanya memiliki telinga untuk mendengar, tetapi juga mata untuk melihat. Apa yang kita lakukan akan bersuara lebih keras daripada apa yang kita kataan. Seringkali yang membuat pesan yang kita sampaikan mengalami penolakan adalah karena mereka tidak bisa menerima kehidupan kita. Yang menyedihkan adalah hari-hari ini kita lebih menekankan pentingnya berkotbah daripada kehidupan yang diubahkan sehingga memiliki kualitas kehidupan yang berkarakter.

Hari-hari ini gereja telah menjadi batu sandungan bagi dunia yang belum percaya. Apa pendapat orang disaat melihat hidup kita? Bukankah dalam Mat 5:16: ”Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga." Jika kita melihat dalam jemaat mula-mula dalam Kisah Rasul, maka selain kuasa Roh Kudus yang bekerja dengan demikian kuatnya, maka yang menjadi penyebab penambahan orang yang diselamatkan adalah karena cara hidup jemaat yang menjadi saksi. Dalam Kis 2:47: Sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. Dalam terjemahan the Message ditulis: People in general liked what ”they saw”. Menjadi saksi berarti bukan hanya didengar, tetapi dilihat.
Itu sebabnya Fransiskus dari Asisi berkata, “Berkotbahlah selalu dan jika perlu gunakan kata-kata.” Apa yang dikatakannya memiliki pengertian bahwa berkotbah tidak selalu identik dengan perkataan. Itu sebabnya marilah kita bukan hanya jago dalam berkotbah, tetapi juga jago dalam kehidupan.

Rabu, 21 Oktober 2009

TUHAN SANG PEMAHAT AGUNG

Ada seorang pemahat yang menemukan sebongkah batu besar. Ia membawa ke rumahnya dan ia mulai mengerjakan batu itu. Sesudah lewat beberapa waktu, terbentuklah sebuah patung malaikat yang begitu indah. Teman-temannya berdatangan dan mulai mengagumi patung ini. Seorang dari mereka berkata, "Betapa luar biasanya, engkau baru saja membuat suatu maha karya yang indah". Pemahat itu menjawab, "Saya tidak membuat patung malaikat ini. Patung itu sudah ada sejak semula, yang saya lakukan adalah membuang bagian-bagian yang tidak perlu".

Sering sekali orang percaya berkata dalam doa mereka, "Tuhan bentuklah aku". Pertanyaannya adalah apakah kita sungguh-sungguh mengerti terhadap apa yang kita katakan dan doakan? Pernahkah kita berpikir bagaimana cara Tuhan membentuk kita sehingga menjadi serupa dengan Yesus? Di dalam diri kita sebenarnya sudah ada kehidupan Yesus, sayangnya hal itu masih ditutupi oleh kedagingan kita. Untuk wujud Yesus bisa nampak, maka kita harus mengizinkan tangan sang Pemahat Agung itu untuk membuang bagian-bagian yang tidak perlu. Pernahkah kita berpikir jika batu patung itu hidup dan bisa memberi respon, maka ketika tangan pemahat itu mulai memahat, membuang bagian-bagian yang tidak perlu dan mulai membentuk, maka ia akan memberontak. Karena proses ini begitu menyakitkan. Bukankah ini yang terjadi saat tangan Tuhan mulai "memahat" hidup kita? Kenyamanan kita terusik. Ada rasa nyeri, rasa sakit yang harus dialami. Banyak dari kita yang memberi respon dengan memberontak. Ego kita terkikis, bukankah saat itu adalah saat yang menyakitkan?

Belajar melihat tangan Tuhan yang sedang "memahat" hidup kita. Relakan saat tanganNya "melukai" kedagingan kita. Janganlah memberontak dengan menghindar atau melarikan diri dari proses ini. Fokuslah bukan pada rasa sakit yang terasa, melainkan pada kemuliaan yang akan kita alami setelah proses pemahatan ini usai. Hal-hal apakah yang sedang di "kikis" oleh tanganNya dalam hidup kita di hari-hari ini?

Kamis, 15 Oktober 2009

SENJATA DI TANGAN SIAPA?

I. IBLIS MEMBUTUHKAN TUBUH.
Jika kita membaca dalam Kej 3:1 , maka iblis memakai seekor ular saat ia menggoda Hawa. Ada beberapa kebenaran yang patut kita renungkan:
a. Mengapa iblis memerlukan ular saat ia menggoda Hawa?
Karena ia adalah roh yang membutuhkan tubuh sebagai “MEDIA”.

b. Mengapa setelah Kej 3:1, iblis tidak lagi memakai ular?
® Waspadai jangan sampai iblis memperalat hidup kita.
Karena sudah ada yang lebih baik dari ular, yaitu manusia. Ular hanyalah alat bagi iblis. Sejak saat itu iblis memakai manusia untuk melaksanakan semua rencana dan kehendaknya. Berapa banyak iblis “memperalat” manusia untuk menjadi alatnya. Iblis memakai tubuh manusia (mulut, tangan dll) untuk mewujudkan niatnya. Berhati-hatilah akan hal ini. Jika kita tidak hati-hati, maka kita akan mengalami pengalaman seperti Petrus saat menarik Yesus ke sampingnya.
Mat 16:21-23
21 Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
22 Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
23 Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Petrus sama sekali tidak menyadari bahwa iblis sedang memperalatnya. Yang iblis lakukan saat hendak “memanfaatkan” tubuh kita adalah dengan menyusupkan kehendaknya dalam pikiran manusia. Disaat pikiran kita menerima idenya, maka segerlah pikiran itu akan “menggerakan” anggota tubuh kita untuk melaksanakan niat dari iblis.

® Iblis sang Dalang.
Ef 6:12
12 karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.
Jangan sampai kita terkecoh dengan orang-orang yang melukai dan menghancurkan hidup kita. Karena mereka hanyalah “alat”, yang harus kita serang dan musuhi adalah “oknum” dibalik semua itu, yaitu iblis. Inilah yang membuat Yesus memohon pengampunan bagi orang-orang yang sudah menyiksa dan menyalibkannya.
Luk 23:34
34 Yesus berkata: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya.
Seandainya kita mengerti kebanaran ini dan memandang dengan mata Yesus, maka kita akan memiliki perspektif yang berbeda terhadap orang-orang yang melukai kita.

II. TUHAN MEMBUTUHKAN TUBUH.
Rom 12:1
1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Mengapa Tuhan menginginkan tubuh kita menjadi persembahan dan bahkan sebagai bentuk dari ibadah yang sejati? Karena Dia adalah Roh. Dia membutuhkan tubuh kita untuk dapat menyatakan diriNya di tengah dunia ini. Sangat disayangkan pengertian kita mengenai persembahan dan ibadah adalah seputar kegiatan rutin kita setiap hari minggu.
Kel 2:23-25, 3:7-10
23 Lama sesudah itu matilah raja Mesir. Tetapi orang Israel masih mengeluh karena perbudakan, dan mereka berseru-seru, sehingga teriak mereka minta tolong karena perbudakan itu sampai kepada Allah.
24 Allah mendengar mereka mengerang, lalu Ia mengingat kepada perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak dan Yakub.
25 Maka Allah melihat orang Israel itu, dan Allah memperhatikan mereka. 7 Dan TUHAN berfirman: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
8 Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
9 Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
10 Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir."

Sepertinya Tuhan begitu membingungkan dalam kisah ini. Dia mau bertindak untuk menyatakan pertolongannya atas bangsa Israel di Mesir, tetapi mengapa Ia tidak pergi sendiri? Jawabnya adalah karena Ia membutuhkan tubuh Musa untuk menyatakan kuasa atas bangsa Israel yang berada di bawah perbudakan.
1Kor 6:13, 15, 19-20
13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.
15 Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
19 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Bukankah Tuhan mengibaratkan diriNya seperti Kepala dan gereja seperti tubuhNya. Apa yang dapat dibuat oleh Kepala tanpa tubuh.

III. KEPADA SIAPA TUBUH INI KITA BERIKAN?
Luk 1:26-38
31 Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
32 Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya,
33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
34 Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
35 Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.
36 Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu.
37 Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."
38 Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Perbedaan Tuhan dengan iblis dalam memakai tubuh kita adalah Tuhan begitu “GENTLE”. Dia meminta izin atau kesediaan dari kita terlebih dahulu, sebelum Dia dapat memakai tubuh kita. Sangat berbeda dengan iblis. Dia tidak pernah minta izin, Dia hanya memanfaatkan setiap kesempatan untuk “MEMPERALAT” hidup dan tubuh kita. Untuk dipakai iblis, tidak perlu kita memberi izin, dia akan sembunyi-sembunyi memakai kesempatan untuk memakai kita, tetapi untuk dapat dipakai oleh Tuhan, maka kita harus memberiNya izin. Sebelum Tuhan dapat memakai Rahim Maria, Dia terlebih dahulu memberitahukan rencanaNya dan memberi kesempatan untuk Maria memberikanNya izin.
Rom 6:12-13
12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.
13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

Keputusan kitalah yang menentukan tubuh ini kita serahkan kepada siapa. Tubuh kita begitu berharga bagi Tuhan dan iblis.  

ANTISIPASI MASA PENUAIAN

I. SISI LAIN DARI MASA PENUAIAN.
Selama ini kita telah diajar dan mengetahui bahwa berbicara mengenai akhir zaman adalah masa penuaian. Itu sebabnya hari-hari ini gereja Tuhan berdoa supaya tuaian jiwa-jiwa segera terjadi. Kita begitu merindukan terjadinya penuaian sesegera mungkin terjadi. Betapa rindunya kita melihat jiwa-jiwa dijamah dan menerima keselamatan dari Tuhan.
Ada sisi lain dari masa penuaian yang seharusnya kita pikirkan juga. Diatas kita melihat sisi suka cita dari masa penuaian, tetapi pernahkah kita bepikir bahwa jika penuain terjadi maka hal itu akan menuntut suatu tanggung jawab yang besar?
Mat 9:35-38
35 Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.
36 Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala.
37 Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.
38 Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."

Keprihatinan Yesus saat itu adalah mengenai tidak berimbangnya antara jumlah tuaian dan jumlah penuai. Apakah Yesus hanya mengucapkan statement dan solusi dari kurangnya Penuai adalah berdoa kepada Bapa saja? Jika kita perhatikan, maka Yesus melakukan sesuatu, sebagai solusi dari permasalahan ini. Saat Yesus memurdikanlah yang menjadi solusinya. Dia memiliki 2 aktifitas secara garis besar:
a. Mengajar dan menyembuhkan orang banyak.
b. Meluangkan waktu yang berkualitas untuk memuridkan yang sudah dipilihNya.

II. BELAJARLAH DARI PAHITNYA SEJARAH.
a. Kairos yang terbuang saat Mongolia pada zaman Kublai Khan.
Tahun 1266-1271, melalui beberapa keadaan yang sangat aneh, 3 bersaudara Maffeo, Niccilo dan Marco Polo menjadi penasehat Kublai Khan. Kublai Khan mengajukan berbagai pertanyaan tentang Yesus Kristus. Setelah berita keselamatan karena penyaliban Kristus disampaikan kepadanya, Kublai Khan menangis dan bertanya, “Apakah benar ada Allah yang seperti itu?” Kublai Khan berpesan agar di datangkan 100 orang Misionaris untuk mengajar kekristenan di seluruh wilayah kerajaannya. Pada tahun 1271, misionaris yang datang bukannya 100 orang, melainkan hanya 2 orang, tetapi merekapun melarikan diri pulang karena ketakutan. Ketidak puasan Kublai Khan terhadap kegagalan gereja itu menyebabkan dia mendeklarasikan Budhiesme sebagai agama negara kerajaannya.

b. Kairos yang terbuang saat Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Setelah PD II berakhir, Jenderal MacArthur, Panglima Perang AS, tiba di Jepang dan melihat bahwa kepercayaan masyarakat terhadap agam Shinto dan Kaisar Hirohito sudah hancur. MacArthur langsung mengirim pesan kepada para pemimpin Gereja di AS yang berbunti, “Kirimkan 1.000 orang misionaris kepada saya, maka bangsa Jepang akan menjadi bangsa Kristen.” Tetapi iman gereja menjadi lumpuh karena ketakutannya terhadap reaksi masyarakat Jepang pasca bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

c. Kairos yang terbuang saat Indonesia mengalami goncangan di tahun 1965 (masa G30SPKI).
Setelah peristiwa G30S/PKI terjadi masa kairos di Indonesia sehingga dalam 6 tahun (1965-1971) ada lebih dari 7 juta orang di pulau Jawa yang menerima Kristus.

III. MENYIAPKAN DAN MEMBANGKITKAN PENUAI.
Apakah kita percaya bahwa Tuhan akan mengirimkan tuaian kepada kita? Jika kita sungguh-sungguh percaya, maka dalam masa penantian kita akan berkonsentrasi untuk membangkitkan dan menyiapkan para penuai.

Hal yang harus diingat bahwa untuk menyiapkan penuai dibutuhkan waktu. Bukankah untuk menyiapkan Penuai di zamanNya, maka Yesus membutuhkan waktu selama kurang lebih 3,5 tahun? Kita tidak bisa membuang-buang waktu, karena waktu begitu berharga. Ini waktunya kita bukan hanya memfokuskan diri hanya pada pemulihan. Pemulihan memang dibutuhkan, tetapi setelah jiwa-jiwa di pulihkan, maka mereka harus segera diarahkan, sehingga mereka memiliki visi akan masa depan mereka. AR Bernard suatu kali berkata bahwa Seorang yang tidak memiliki visi akan masa depannya, maka akan cenderung kembali ke masa lalunya. Berilah keberartian hidup pada orang-orang yang telah kita layani, dengan cara memberi visi Ilahi.

IV. METODE APA YANG DIPAKAI?
Selama ini pendekatan yang kita pakai adalah mempersiapkan Penuai lewat modul-modul dalam kelas-kelas yang ada. Pertanyaannya adalah apakah ini salah? Jawabnya adalah tidak! Tetapi kita harus mengevaluasi mengenai efektifitasnya. Sebuah survey membuktikan mengenai jumlah lulusan siswa sekolah Alkitab setiap tahunnya (dari berbagai denominasi) terbukti tidak menjawab akan masalah ini. Mengapa? Karena para Penuai tidak cukup dihasilkan dari sekolah-sekolah. Ada 2 quotation yang perlu kita renungkan:
a. The best time to plant a tree is twenty years ago. The second best time is now.
b. If Jesus had only spent 12 hours a day with His disciples on earth for 3 years and if you compare that to our Sunday-Wednesday Church Going, it would take 36 years for us to be like His disciples. Being Church is living Christianity 24/7, why? simply because Christ lives in us through His Spirit 24/7.

Yesus memiliki 3, 12, 70 dan 120 murid. Ini berbicara mengenai VVIP, VIP, IP. Dengan serius Yesus menginvestasikan hidupNya, waktuNya, tenagaNya untuk mereka. Yang sedang dilakukannya selama 3,5 tahun sebenarnya adalah untuk mempersiapkan Penuai. Inilah yang menjadi solusi dari masalah Mat 9:37-38. Terbukti saat masa Penuaian terjadi dalam Kis 2, 3000 orang dalam sekejap dituai. Kemudian bertambah mencapai bilangan 5.000 jiwa. Maka 120 orang muridlah yang menjadi Penuai-penuai. Pahamilah bahwa Penuai pada saat itu tidak didominasi oleh 12 murid saja. Tetapi murid-murid yang telah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya! Jika Yesus yang menjadi Teladan kita melakukan hal ini, maka mengapa kita tidak melakukan hal yang sama?

V. METODE YESUS DALAM PEMURIDAN.
a. Mentoring sebagai langkah-langkah Pemuridan.
Pernahkah kita mendengar bahwa mentoring yang efektif melibatkan 4 unsur?
• I do, You see.
• I do, You help.
• You do, I help.
• You do, I see.
Mengapa pendekatan sekolah Alkitab menjadi kurang efektif? Karena metode yang digunakan lebih banyak dititik beratkan pada pembekalan materi. Yang lemah dari pendekatan kelas adalah sisi pendampingan (mentoring).
Yesus meluangkan waktu yang berkualitas bersama murid-muridNya, ada waktuNya Ia menyampaikan pengajaran (teori), tetapi pengajaran Yesus juga disertai dengan Praktek (demonstrasi) dari teori yang sudah diajarkanNya. Bandingkan dengan pengajaran-pengajaran kita saat ini: Apakah sisi teori dan demostrasi praktek sudah seimbang? Seorang tidaklah cukup hanya diajari sisi materi, tetapi metode belajar yang luar biasa adalah melalui Visual (demostrasi keteladanan). Dia mendampingi murid-muridNya dan ada saat Yesus mengutus murid-muridNya dengan berdua-dua. Sudahkah metode Yesus juga menjadi metode kita?

b. Pilihlah 12 murid yang akan menerima Fokus dari pembagian kehidupan kita.
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk menghasilkan murid-muird yang berkualitas, maka akan terbentur pada kapasitas maksimum kita. Karena Pemuridan yang efektif menuntut fokus dari kita. Sudahkah kita memiliki 12 murid? Bahkan sudahkah kita memiliki 3 murid yang menjadi VVIP kita?

c. Kepenuhan Roh Kudus sebagai sesuatu yang mutlak.
Yesus sudah mementor mereka selama 3,5 tahun, tetapi ternyata itu belumlah cukup. Mereka harus dipenuhi dengan Roh Kudus untuk menjadi Penuai yang berhasil. Betapa pentingnya kepenuhan Roh Kudus sebagai kesempurnaan dari proses mentoring yang telah dilakukan. Boleh saja kita telah mengajar banyak murid-muird kita lewat pengajaran dan keteladanan, tetapi sebelum mereka dipenuhi oleh Roh Kudus, maka mereka belum siap bertindak sebagai penuai.