Jumat, 27 Februari 2009

KECERDASAN ROHANI

Ulangan 8:2-5 
2 Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.
3 Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.
4 Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini.
5 Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya.
Perhatikan kata “DENGAN MAKSUD” dalam ayat 2, ternyata perjalanan bangsa Israel di Padang Gurun bukan tanpa maksud. Percayakah kita bahwa apapun yang kita alami dalam kehidupan ini terjadi atas seizin Tuhan? Jika kita percaya, maka pertanyaan yang kedua adalah apakah kita percaya bahwa semua yang terjadi ada maksud Tuhan didalamnya?  
Tuhan adalah seperti seorang Bapa yang memiliki kerinduan untuk mengajar dan mendidik kita anak-anaknya. Dia memakai kehidupan sebagai sekolah kita. Hanya sayangnya apakah kita memiliki:
a. Kesadaran, 
Banyak yang tidak sadar, bahwa Tuhan sebenarnya sedang mengajarkan kita sesuatu. 
b. Kecerdasan,
Apakah kita mampu menangkap apa yang sedang Tuhan ajarkan? Dibutuhkan Kecerdasan utuk menangkap apa yang Dia sedang ajarkan.

Kegagalan kita menyadari, menangkap pengajaran (didikan dari Bapa) akan menyebabkan:
a. Ketidak berubahan kita dalam kehidupan,
b. Tidak adanya peningkatan dalam kualitas kehidupan,
c. Mengalami suatu peristiwa yang sama berulang-ulang, mengapa? Karena Tuhan tidak akan pernah berputus asa berusaha mengajar kita. Dia akan dengan sabar menunggu sampai kita memiliki pengertian terhadap apa yang coba Dia ajarkan bagi kita. 
d. Kegagalan dalam meresponi segala yang terjadi dalam kehidupan ini. (Pernahkah kita berpikir bahwa respon yang benar atau salah dalam kehidupan sehari-hari itu ditentukan oleh pemahaman kita terhadap kebenaran akan jalan-jalan Tuhan?) 

Bagaimana untuk memiliki kecerdasan spiritual?
a. Miliki hati yang mau diajar.
Apakah kita memiliki hati yang mau diajar? Ataukah kita justru memiliki hati yang “tidak mau tahu”? Tidak sedikit orang yang begitu larut dengan tekanan kehidupan sehingga mereka terlalu letih untuk menyadari bahwa Tuhan sebenarnya sedang membuat mereka mengerti sesuatu. Tinggalkanlah sikap hati yang tidak mau tahu, karena ini hanya merugikan diri kita saja.

b. Miliki hati yang dijaga kemurniaannya.
Mat 13:14-15 
14 Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap.
15 Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.

Ada hubungan antara kondisi hati seseorang dengan kemampuannya untuk bisa menangkap pengertian yang coba Tuhan ajarkan kepada mereka. Tidak heran dalam Ams 4:23, kita diperintahkan untuk menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Berhati-hatilah terhadap kecemaran yang menyerang hati kita, contohnya kepahitan, kekecewaan dan lain-lain. Itu dapat membuat mata kita buta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar