Pernahkah mendengar atau membaca statment: Hati orang siapa yang tahu? Benarkah kita tidak bisa mengetahui hati kita dan orang lain?
Matius 12:34 Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengucapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati.
Matius 15:18
18 Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang.
Membaca 2 ayat diatas, maka kesimpulan yang didapat adalah kita dapat mengetahui keadaan hati seseorang dilihat dari apa yang diucapkannya. Jika perkataan seseorang penuh dengan kepahitan, maka itu menunjukan bahwa hatinya pahit. Jika perkataan seseorang dipenuhi dengan ketakutan atau kekuatiran, maka itu membuktikan hatinya sedang dikuasai oleh ketakutan. Jika seseorang mengucapkan hal-hal yang cabul, maka itu menujukan percabulan ada di hatinya.
Mengapa kebenaran ini begitu penting? Sehat atau tidaknya hati dapat diketahui dengan memperhatikan apa yang kita katakan. Jika perkataan kita sudah bernada kepahitan terhadap seseorang, maka segeralah untuk membereskannya. Sadari dan akui bahwa hati kita telah pahit (kecewa, terluka) terhadap orang itu. Jangan biarkan kepahitan semakin merusak kehidupan kita.
Mengapa kebenaran ini begitu penting? Sehat atau tidaknya hati dapat diketahui dengan memperhatikan apa yang kita katakan. Jika perkataan kita sudah bernada kepahitan terhadap seseorang, maka segeralah untuk membereskannya. Sadari dan akui bahwa hati kita telah pahit (kecewa, terluka) terhadap orang itu. Jangan biarkan kepahitan semakin merusak kehidupan kita.
Demikian juga dengan mendengar apa yang dikatakan oleh teman-teman kita, maka kita dapat saling menjaga dengan mengingatkan akan keadaan hati mereka. Kebenaran ini akan menolong kita menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar