Christianty without discipleship is always christianity without Christ (Dietrich Bonhoeffer)
Rabu, 15 Desember 2010
MARI DATANGLAH ATAU MARI PERGILAH?
Jika kita mengamati kekristenan hari-hari ini, maka gereja lebih berfokus pada Mat 11:28: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Tidak mengherankan jika ekspresi gereja adalah mengelola acara semenarik mungkin dan tempat senyaman mungkin. Gereja menunggu untuk orang-orang datang. Salahkah? Tentu saja tidak. Tetapi jika kita menjadikan “MARI DATANGLAH” sebagai satu-satunya yang kita lakukan, maka langkah ini menjadi salah. Bukankah yang menjadi kehendak Tuhan adalah kita melakukan Mat 28:19: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Jika kita tidak berhati-hati, maka dibalik mentalitas “MARI DATANGLAH” tersembunyi mentalitas pasif, takut dan malas. Sudah waktunya mentalitas gereja adalah “MARI PERGILAH”. Gerakkan setiap pahlawan-pahlawan Allah untuk memiliki mentalitas “MARI PERGILAH”. Pergi kemana? Tentu saja kata PERGI tidak selalu ke tempat yang jauh. Pergilah ke dunia kita sehari-hari. Pergi berarti memiliki sikap hati yang rela berbaur dengan dunia ini. Bergaul dengan dunia untuk sebuah misi, yaitu agar kita benar-benar menjadi TERANG dan GARAM di dunia, bukan di gereja. Pernahkah kita berpikir bahwa bagi seorang yang tidak percaya untuk mereka datang ke pertemuan-pertemuan yang diadakan Gereja itu sangat tidak mudah? Perasaan asing, aneh pasti mereka rasakan ketika mereka merasakan atmosfir gereja. Bukankah lebih mudah bagi kita untuk pergi ke mereka? Berbagi hidup dengan mereka, yang berarti berbagi hikmat, kasih kepada mereka. Jangan takut untuk pergi, karena Mat 28:20 berkata: “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar