Ada seorang pemahat yang menemukan sebongkah batu besar. Ia membawa ke rumahnya dan ia mulai mengerjakan batu itu. Sesudah lewat beberapa waktu, terbentuklah sebuah patung malaikat yang begitu indah. Teman-temannya berdatangan dan mulai mengagumi patung ini. Seorang dari mereka berkata, "Betapa luar biasanya, engkau baru saja membuat suatu maha karya yang indah". Pemahat itu menjawab, "Saya tidak membuat patung malaikat ini. Patung itu sudah ada sejak semula, yang saya lakukan adalah membuang bagian-bagian yang tidak perlu".
Sering sekali orang percaya berkata dalam doa mereka, "Tuhan bentuklah aku". Pertanyaannya adalah apakah kita sungguh-sungguh mengerti terhadap apa yang kita katakan dan doakan? Pernahkah kita berpikir bagaimana cara Tuhan membentuk kita sehingga menjadi serupa dengan Yesus? Di dalam diri kita sebenarnya sudah ada kehidupan Yesus, sayangnya hal itu masih ditutupi oleh kedagingan kita. Untuk wujud Yesus bisa nampak, maka kita harus mengizinkan tangan sang Pemahat Agung itu untuk membuang bagian-bagian yang tidak perlu. Pernahkah kita berpikir jika batu patung itu hidup dan bisa memberi respon, maka ketika tangan pemahat itu mulai memahat, membuang bagian-bagian yang tidak perlu dan mulai membentuk, maka ia akan memberontak. Karena proses ini begitu menyakitkan. Bukankah ini yang terjadi saat tangan Tuhan mulai "memahat" hidup kita? Kenyamanan kita terusik. Ada rasa nyeri, rasa sakit yang harus dialami. Banyak dari kita yang memberi respon dengan memberontak. Ego kita terkikis, bukankah saat itu adalah saat yang menyakitkan?
Belajar melihat tangan Tuhan yang sedang "memahat" hidup kita. Relakan saat tanganNya "melukai" kedagingan kita. Janganlah memberontak dengan menghindar atau melarikan diri dari proses ini. Fokuslah bukan pada rasa sakit yang terasa, melainkan pada kemuliaan yang akan kita alami setelah proses pemahatan ini usai. Hal-hal apakah yang sedang di "kikis" oleh tanganNya dalam hidup kita di hari-hari ini?
Sering sekali orang percaya berkata dalam doa mereka, "Tuhan bentuklah aku". Pertanyaannya adalah apakah kita sungguh-sungguh mengerti terhadap apa yang kita katakan dan doakan? Pernahkah kita berpikir bagaimana cara Tuhan membentuk kita sehingga menjadi serupa dengan Yesus? Di dalam diri kita sebenarnya sudah ada kehidupan Yesus, sayangnya hal itu masih ditutupi oleh kedagingan kita. Untuk wujud Yesus bisa nampak, maka kita harus mengizinkan tangan sang Pemahat Agung itu untuk membuang bagian-bagian yang tidak perlu. Pernahkah kita berpikir jika batu patung itu hidup dan bisa memberi respon, maka ketika tangan pemahat itu mulai memahat, membuang bagian-bagian yang tidak perlu dan mulai membentuk, maka ia akan memberontak. Karena proses ini begitu menyakitkan. Bukankah ini yang terjadi saat tangan Tuhan mulai "memahat" hidup kita? Kenyamanan kita terusik. Ada rasa nyeri, rasa sakit yang harus dialami. Banyak dari kita yang memberi respon dengan memberontak. Ego kita terkikis, bukankah saat itu adalah saat yang menyakitkan?
Belajar melihat tangan Tuhan yang sedang "memahat" hidup kita. Relakan saat tanganNya "melukai" kedagingan kita. Janganlah memberontak dengan menghindar atau melarikan diri dari proses ini. Fokuslah bukan pada rasa sakit yang terasa, melainkan pada kemuliaan yang akan kita alami setelah proses pemahatan ini usai. Hal-hal apakah yang sedang di "kikis" oleh tanganNya dalam hidup kita di hari-hari ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar